" Apa gunanya punya jutaan piala, medali, dan pesawat, jika kau tidak dapat bersenang-senang? " [James Hunt]

Kamis, 17 Maret 2016

Mencari Kucing Besar Di Kebun Binatang Bandung

by
Cerita kali ini tentang mencari kucing besar dan membawa saya untuk pertama kalinya ke kebun binatang. Sejujurnya memang di Sulawesi Selatan, daerah asal saya memang tidak ada kebun binatang. Kebun Binatang Bandung ini beralamatkan di Jalan Kebun Binatang No 6 Taman Sari Bandung Jawa Barat Indonesia – Telpon (022) 2507302. Karena sudah hafal daerah Bandung, tak cukup sulit untuk menuju ke kebun binatang ini menggunakan kendaraan pribadi. Tanpa perlu waktu lama kamipun parkir kendaraan di kampus ITB dan masuk ke kebun binatang melalui pintu 2. Sekedar informasi bahwa kebun binatang ini memiliki 3 pintu masuk dan harga tiket masuknya Rp. 20.000 / orang. Kebetulan kemarin itu pas weekday, jadi untuk weekend sayapun belum mengetahui harga tiketnya ya.

Doc. Pribadi - Panthera Tigris

Petualangan pun dimulai!! Kunjungan yang pertama setelah kami berlima masuk ternyata tempat sekumpulan buaya. Namun sangat disayangkan buaya nya saat itu sedang asik berjemur tanpa melakukan gerakan sedikitpun. Meskipun tetap saja ada seorang teman yang tidak terlalu suka sehingga mengajak untuk segera pindah. Tak jauh dari tempat buaya ada sekumpulan anak beruang dengan kandang terbuka. Terlihat beruang disini asik saja menerima kiriman kacang maupun kerupuk dari pengunjung yang datang. Kali ini melanjutkan perjalanan untuk melihat satwa lain dan tempat yang dituju ternyata sekumpulan satwa burung dan juga reptil. Mulai dari jalak bali, kasuari, merak, elang rajawali, kakatua, sloth, berbagai jenis ular seperti cobra. Beranjak dari burung dan reptil kami pun memasuki kawasan satwa primata seperti owa jawa, wau-wau dkk. Selain satwa burung, reptil dan primata, kita juga bisa menjumpai gajah, unta, banteng, kambing, tapir, babi hutan, kuda nil, berang-berang, rusa, dan masih banyak lagi.

Doc. Pribadi - Beruang kecil


Di kebun binatang ini terdapat 213 jenis satwa, terdapat 79 jenis hewan langka yang dilindungi pemerintah. Namun yang cukup menyita perhatian saya adalah satwa langka yaitu 'kucing besar'. Anda tau kucing besar? Ya, kucing besar atau Panthera Tigris bahasa latinnya dikenal sebagai Harimau dalam bahasa Indonesia. Kenapa dibilang kucing besar? Karena dilihat dari bentuknya tidak jauh berbeda dengan kucing, hanya ukurannya lebih besar.

Ternyata di kebun binatang bandung terdapat 3 kandang harimau yang tempatnya berbeda. Tempat pertama yang kami kunjungi merupakan tempat dari seekor harimau. Kandangnya yang cukup tinggi membuat kami agak kesulitan melihat 'kucing besar' ini dari atas, ditambah harimaunya juga lagi bersantai layaknya tidur siang. Selanjutnya ada kandang terbuka yang cukup besar dari seekor harimau. Lagi lagi 'kucing besar' ini lagi bersantai tidur siang sambil menghindari sinar matahari. Namun tak berapa lama kami menyaksikan, harimau tersebut terbangun sehingga sempat untuk mengabadikan momen tingkah lakunya. Hal yang cukup menarik disini 'kucing besar' nya kok makan rumput atau dedaunan. Salah seorang teman malah nyeletuk, "karena dibandung jadi dikira lalapan mungkin". Kemudian tempat terakhir dari 'kucing besar' berada dideretan harimau dan juga singa. Kandangnya yang tidak terlalu besar dan dilindungi oleh kaca bening yang membuat kami tetap bisa melihat tingkahnya.

Doc. Pribadi - Pose Full Tim

Akhirnya misi mecari kucing besar di kebun binatang bandung tercapai juga, meskipun perlu waktu mengitari satwa-satwa lain sebelumnya. Tingkah laku dan bentuk hewan ini yang terbilang menggemaskan (asal tidak kena gigit atau cakar aja hehe) cukup memuaskan kami hari itu. Tak lupa sebelum pulang kami sempatkan untuk berpose bersama sambil berjalan santai ke pintu keluar. Demikianlah perjalanan kali ini Mencari Kucing Besar Di Kebun Binatang Bandung ! Sampai jumpa lagi di jalan-jalan selanjutnya. Seperti biasa ada sebuah Quote tentang kebun binatang dan binatang sebagai berikut :

“The greatness of a nation and its moral progress can be judged by the way its animals are treated.” - Mahatma Gandhi
“You can judge a man's true character by the way he treats his fellow animals.” - Paul McCartney
“Seperti perpustakaan umum, atau museum, kebun binatang bertujuan melayani bidang pendidikan populer serta ilmu pengetahuan.” ― Yann Martel, Life of Pi

Sabtu, 12 Maret 2016

Wacana: Pasar Tradisional Harus Bertransformasi

by
Disela-sela waktu mengerjakan Tugas Akhir saya tidak sengaja mengingat kembali Wacana mengenai kondisi Pasar Tradisional. Kita juga sama sama menyadari bahwa pasar tradisional masih menjadi primadona bagi jutaan masyarakat Indonesia. Selain harga yang bersahabat, kesegaran barang-barang yang dijual serta adanya tawar menawar membuat orang masih menyukai pasar tradisional. Namun sayangnya kondisi pasar tradisional sampai hari ini tidak jauh dari kumuh, kotor, becek baik hujan maupun tidak dan sekelilingnya penuh sampah, belum lagi masalah keamanan. Hal ini yang saya sering amati juga ketika sesekali pergi pasar atau sekedar lewat khususnya sekitar kota-kabupaten Bandung.

Disisi lain kita juga mengetahui kini banyak hypermarket yang berdiri dan mungkin sudah menjadi tujuan utama untuk berbelanja khususnya keperluan sehari hari. Pasar modern atau hypermarket inilah yang menjadi salah satu saingan dari pasar tradisional beberapa tahun kebelakang. Lihat saja barang yang dijual hampir semua tersedia, harga-harga yang ditawarkan pun kini makin bersahabat khususnya dengan diskon tertentu yang diberikan. Demikian pasar modern seakan memberikan efek ganda bagi masyarakat maupun pemerintah. Di satu sisi masyarakat akan memiliki peningkatan taraf hidup yang dapat dinilai dengan peningkatan pembangunan sarana perekonomian yang berupa pasar modern tersebut, namun disisi lain hal itu akan menjadi sebuah ancaman bagi para pedagang kecil terutama para pedagang pasar tradisional. Belum lagi kalau kita bahas tentang terbentuknya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) saat ini yang sedikit banyak pasti mempengaruhi pasar tradsional. Kalau sudah begini ya mau tidak mau tentunya pasar tradisioanl harus melakukan transformasi.

Sumber foto : Pikiran Rakyat

Melalui beberapa bacaan dari internet maupun hasil pengamatan ketika menonton televisi saya pun mencoba untuk membuka Wacana tentang Transformasi Pasar Tradisional sebagai berikut :

1. Pembenahan tempat berjualan di Pasar Tradisional secara merata

Hal ini perlu dilakukan untuk membangun kembali image Pasar Tradisional menjadi tempat yang nyaman, aman, bersih dan bersahabat untuk berbelanja. Kalau bisa sih tempat secara keseluruhan, kemudian lapak masing-masing pedagang. Tentunya juga penyediaan tempat sampah dan tata kelolanya yang baik akan membuat kebersihan selalu terjaga nantinya. Semaksimal mungkin untuk bisa menyamai tempatnya pasar modern. Hal ini perlu dilakukan tak lepas dari diinginkannya siapapun orang dan dari kalangan manapun dapat serta mau berbelanja di pasar tradisional

2. Integrasi hasil panen para petani dengan Pasar Tradisional

Hampir sama seperti kawan-kawan peserta Hackathon Merdeka 1.0 ini [Aplikasi Beli Bawang Langsung Dari Petani] . Integrasi disini dimaksudkan untuk memberdayakan produk/hasil dari petani kita dibanding produk impor, meskipun nantinya kita akan menghadapi persoalan harga. Dengan melakukan integrasi ini maka petani dan pedagang akan terbantu karena tidak perlu repot lagi untuk saling mencari. Diusahakan juga dilengkapi serta didukung oleh manajemen pasar yang membantu mengawasi harga-harga barang di Indonesia maupun dunia. Jangan sampai para rakyat kecil ataupun pedagang mudah dibodohi oleh oknum yang ingin mencari keuntungan dari ketidaktahuan tadi.


3. Menjaga kualitas produk atau barang yang dijual

Kualitas merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh kebanyakan orang, meskipun beberapa lebih sering mempertimbangkan harga dibanding kualitas. Orang-orang bahkan berani membayar lebih mahal untuk sebuah kualitas. Nah, disini lagi -lagi dibutuhkan dukungan dari manajemen pasar dan pedagang sendiri untuk menjaga kualitas dari barang yang dijualnya. Kualitas disini maksudnya tidak menggunakan atau menjual barang yang mampu membahayakan manusia apalagi yang jelas-jelas dilarang. Sesuatu bangetlah kalau ini bisa terjadi dan bahkan menjadi image dari Pasar Tradisional.

Begitulah kurang lebih beberapa usulan saya melalui Wacana kali ini mengenai keharusan Pasar Tradisional melakukan Transformasi. Tentunya hal diatas tidak dapat terlaksana tanpa peran serta dari para pedagang, manajemen pasar, pemerintah, serta pembeli tentunya. Semua memiliki perannya masing-masing bahkan orang kecil sekalipun. Sebenarnya juga beberapa Pasar Tradisional sudah ada yang memiliki tempat-tempat bersih, namun sayangnya ini belum tersebar merata. Semoga wacana saya kali ini bisa bermanfaat, saya pun menunggu orang-orang yang bisa merealisasikan (tentunya ada pengkajian yang komprehensif dulu ya) sembari mencari cara juga agar bisa tersampaikan oleh pemerintah khususnya. Sayapun juga sebagai mahasiswa menunggu aksi-aksi nyata para kawan-kawan Mahasiswa Indonesia khususnya.

Akhir kata saya tutup dengan sebuah kutipan dari Madilog Tan Malaka berikut sebagai pesan kepada kaum terpelajar agar lebih memperhatikan rakyat sekitarnya

Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali - Tan Malaka 

Kamis, 10 Maret 2016

Tirta Yatra Di Bumi Sunda Majalaya

by
Akhirnya setelah beberapa hari belum bisa mengupdate postingan terbaru yang mana postingan terakhir saya ada di bulan Februari mengenai Menyikapi Over The Top (OTT) Service di Indonesia . Meskipun kondisi saya saat ini masih belum 100% fit kembali setelah melalui beberapa hari kebelakang yang menguras tenaga dan stamina. Namun sebelum beberapa ingatan hangat ini saya lupa maka akan saya coba tuliskan dan dituangkan dalam postingan kali ini. Cerita kali ini mengenai perjalanan Tirta Yatra ke daerah Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Tirta Yatra berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Tirta dan Yatra. Tirta artinya pemandian, sungai, kesucian, air, toya atau air suci, sungai yang suci. Sedangkan Yatra berarti perjalanan suci. Jadi Tirtayatra kurang lebih merupakan perjalanan suci untuk mendapatkan atau memperoleh air suci. Diaman Tirtayatra sehari-hari di Bali lebih dipahami dengan tangkil atau sembahyang ke pura-pura. Namun untuk Tirta Yatra kali ini cukup berbeda, saya tidak mengunjungi sebuah pura, kuil ataupun sebuah candi melainkan lebih ke sebuah tempat atau padepokan. Lengkapnya Tirta Yatra saya kali ini ke daerah Majalaya yang diadakan oleh KMH Vidya Dharma Putra Ganesha ITB (Keluarga Mahasiswa Hindu Institut Teknologi Bandung). Aslinya saya bukan mahasiswa ITB dan kegiatan ini boleh diikuti oleh mahasiswa hindu kampus lain maka saya coba untuk ikut. Kegiatan Tirta Yatra ini biasanya dilaksanakan setiap setahun sekali, biasanya dilaksanakan masing-masing kepengurusan tahunan.
Doc. Pribadi - Foto bersama

Singkat cerita perjalanan kali ini ditempuh sekitar 2 jam dari kampus ITB menggunakan kendaraan bis. Sekitar pukul 18.06 kami pun tiba di sebuah padepokan Surya Kancana Padjadjaran, sambutan hangat khas sunda pun kami terima sambil mempersilakan masuk ke sebuah rumah. Padepokan Surya Kancana Padjadjaran ini merupakan tempat bagi masyarakat sunda wiwitan berkumpul khususnya daerah Majalaya. Disana kami langsung bergegas mengganti pakaian menjadi pakaian adat madya. Setelah itu beberapa dari kami segera menyiapkan sarana dan prasarana untuk persembahyangan malam itu. Sementara itu beberapa dari kami juga sembari mengobrol dengan beberapa wargi padepokan tersebut, mulai dari perkenalan hingga sedikit tanya jawab mengenai sunda wiwitan. 

Persiapan persembahyangan telah selesai dilakukan namun obrolan singkat ini dipaksa berhenti sejenak untuk membuka acara tirta yatra ini oleh tuan rumah. Kasepuhan oleh wargi padepokan menyebutnya yang membuka langsung sekaligus menyambut kedatangan kami waktu itu. Setelah sambutan singkat tersebut ternyata dilanjutkan dengan sesi sharing dan diskusi. Bapak R. Otong Toyibin Wiranatakusumah [selengkapnya bisa cek di Wiranatakoesoema_V ] menyampaikan berbagai macam hal termasuk sejarah dan filsafat sunda wiwitan, sedikit mengenai sejarah Indonesia, tak pula juga sejarah singkat padepokan Surya Kancana Padjadjaran. Kami pun selaku peserta cukup antusias menyimak penyampaian tersebut khususnya mengenai filsafat sunda wiwitan yang ternyata memiliki kesamaan dengan bali yang mana dengan bahasa berbeda.

Adapun dari yang disampaikan, saya lebih tertarik terhadap proses pencarian jati diri setiap orang. " Siapa aku? Darimana aku? dan hendak kemana aku ini?  ", seperti yang kita ketahui juga bahwa ada jati diri daerah ini, jati diri agama ini, jati diri bangsa ini dll. Disampaikan pula kita jangan sampai kehilangan arah dengan tidak mengenal jati diri kita maupun selama pencarian jati diri kita. Bahkan seperti kata Mario Teguh, seorang motivator terkenal pun menyampaikan :

 Engkau yang muda dan sedang mencari jati diri, dengarlah ini …

Jati dirimu tak bisa kau temukan dalam lamunan, tapi dalam kegiatan yang dinamis di masyarakat. 

Meskipun engkau mungkin sedang tersiksa dalam perasaan bersalah karena kemalasanmu, rasa malas bukanlah jati dirimu.

Kesejatian jiwamu itu kuat dan terhormat.

Jika engkau tidak kuat, rasa malas itu telah lama menjadikanmu lapuk dan tak berguna.

Tapi jiwamu melawan, dan membuatmu merasa bersalah, agar engkau menguatkan diri melawan rasa yang telah menggagalkan banyak jiwa hebat yang sangat berbakat sebelummu.

Kesejatianmu sesungguhnya mampu untuk tetap belajar dan bekerja keras walau pun sebetulnya rasa malas sedang merampok hatimu.

Rasa malas dan kerja keras adalah dua hal yang berbeda.

Dan karena engkau jiwa yang sejatinya kuat, engkau akan tetap mampu belajar dan bekerja keras di dalam rasa malas atau dalam perasaan apa pun.

Sesungguhnya engkau jiwa yang hebat.

Kalau tidak, mengapakah engkau merasa galau dalam perasaan bahwa seharusnya engkau bisa menjadi lebih besar?

Hatimu galau, karena ia tak suka engkau tak menjadi sehebat engkau yang seharusnya.

Engkau jiwa yang hebat.

Mario Teguh - Loving you all as always

Setelah sharing dan diskusi tersebut usai barulah dilanjutkan dengan persembahyangan bersama dengan tata cara masing-masing. Pada tengah malamnya juga dilangsungkan beberapa pementasan seni seperti pencak silat, musik sunda maupun gending bali, tari topeng dll. Meskipun waktu telah larut malam namun kami dan juga wargi padepokan tetap antusias menyaksikan pementasan bersama tersebut. Kegiatan kembali dilanjutkan pada pagi hari dengan melakukan penglukatan (pembersihan) sekaligus sembahyang bersama. Sekitar pukul 10 pagi kegiatan tirta yatra ini berakhir dan ditutup dengan melakukan foto bersama wargi padepokan. Tak lupa saya sampaikan rasa terima kasih atas sambutannya oleh wargi padepokan Surya Kancana Padjadjaran serta KMH Vidya Dharma Putra Ganesha ITB yang telah mengizinkan saya untuk bisa ikut serta.

Salam,
Hatur nuhun. Matur Suksma.
Rahayu Rahayu Rahayu. Om Santi Santi Santi Om