" Apa gunanya punya jutaan piala, medali, dan pesawat, jika kau tidak dapat bersenang-senang? " [James Hunt]

Kamis, 10 Maret 2016

, ,

Tirta Yatra Di Bumi Sunda Majalaya

Akhirnya setelah beberapa hari belum bisa mengupdate postingan terbaru yang mana postingan terakhir saya ada di bulan Februari mengenai Menyikapi Over The Top (OTT) Service di Indonesia . Meskipun kondisi saya saat ini masih belum 100% fit kembali setelah melalui beberapa hari kebelakang yang menguras tenaga dan stamina. Namun sebelum beberapa ingatan hangat ini saya lupa maka akan saya coba tuliskan dan dituangkan dalam postingan kali ini. Cerita kali ini mengenai perjalanan Tirta Yatra ke daerah Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Tirta Yatra berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Tirta dan Yatra. Tirta artinya pemandian, sungai, kesucian, air, toya atau air suci, sungai yang suci. Sedangkan Yatra berarti perjalanan suci. Jadi Tirtayatra kurang lebih merupakan perjalanan suci untuk mendapatkan atau memperoleh air suci. Diaman Tirtayatra sehari-hari di Bali lebih dipahami dengan tangkil atau sembahyang ke pura-pura. Namun untuk Tirta Yatra kali ini cukup berbeda, saya tidak mengunjungi sebuah pura, kuil ataupun sebuah candi melainkan lebih ke sebuah tempat atau padepokan. Lengkapnya Tirta Yatra saya kali ini ke daerah Majalaya yang diadakan oleh KMH Vidya Dharma Putra Ganesha ITB (Keluarga Mahasiswa Hindu Institut Teknologi Bandung). Aslinya saya bukan mahasiswa ITB dan kegiatan ini boleh diikuti oleh mahasiswa hindu kampus lain maka saya coba untuk ikut. Kegiatan Tirta Yatra ini biasanya dilaksanakan setiap setahun sekali, biasanya dilaksanakan masing-masing kepengurusan tahunan.
Doc. Pribadi - Foto bersama

Singkat cerita perjalanan kali ini ditempuh sekitar 2 jam dari kampus ITB menggunakan kendaraan bis. Sekitar pukul 18.06 kami pun tiba di sebuah padepokan Surya Kancana Padjadjaran, sambutan hangat khas sunda pun kami terima sambil mempersilakan masuk ke sebuah rumah. Padepokan Surya Kancana Padjadjaran ini merupakan tempat bagi masyarakat sunda wiwitan berkumpul khususnya daerah Majalaya. Disana kami langsung bergegas mengganti pakaian menjadi pakaian adat madya. Setelah itu beberapa dari kami segera menyiapkan sarana dan prasarana untuk persembahyangan malam itu. Sementara itu beberapa dari kami juga sembari mengobrol dengan beberapa wargi padepokan tersebut, mulai dari perkenalan hingga sedikit tanya jawab mengenai sunda wiwitan. 

Persiapan persembahyangan telah selesai dilakukan namun obrolan singkat ini dipaksa berhenti sejenak untuk membuka acara tirta yatra ini oleh tuan rumah. Kasepuhan oleh wargi padepokan menyebutnya yang membuka langsung sekaligus menyambut kedatangan kami waktu itu. Setelah sambutan singkat tersebut ternyata dilanjutkan dengan sesi sharing dan diskusi. Bapak R. Otong Toyibin Wiranatakusumah [selengkapnya bisa cek di Wiranatakoesoema_V ] menyampaikan berbagai macam hal termasuk sejarah dan filsafat sunda wiwitan, sedikit mengenai sejarah Indonesia, tak pula juga sejarah singkat padepokan Surya Kancana Padjadjaran. Kami pun selaku peserta cukup antusias menyimak penyampaian tersebut khususnya mengenai filsafat sunda wiwitan yang ternyata memiliki kesamaan dengan bali yang mana dengan bahasa berbeda.

Adapun dari yang disampaikan, saya lebih tertarik terhadap proses pencarian jati diri setiap orang. " Siapa aku? Darimana aku? dan hendak kemana aku ini?  ", seperti yang kita ketahui juga bahwa ada jati diri daerah ini, jati diri agama ini, jati diri bangsa ini dll. Disampaikan pula kita jangan sampai kehilangan arah dengan tidak mengenal jati diri kita maupun selama pencarian jati diri kita. Bahkan seperti kata Mario Teguh, seorang motivator terkenal pun menyampaikan :

 Engkau yang muda dan sedang mencari jati diri, dengarlah ini …

Jati dirimu tak bisa kau temukan dalam lamunan, tapi dalam kegiatan yang dinamis di masyarakat. 

Meskipun engkau mungkin sedang tersiksa dalam perasaan bersalah karena kemalasanmu, rasa malas bukanlah jati dirimu.

Kesejatian jiwamu itu kuat dan terhormat.

Jika engkau tidak kuat, rasa malas itu telah lama menjadikanmu lapuk dan tak berguna.

Tapi jiwamu melawan, dan membuatmu merasa bersalah, agar engkau menguatkan diri melawan rasa yang telah menggagalkan banyak jiwa hebat yang sangat berbakat sebelummu.

Kesejatianmu sesungguhnya mampu untuk tetap belajar dan bekerja keras walau pun sebetulnya rasa malas sedang merampok hatimu.

Rasa malas dan kerja keras adalah dua hal yang berbeda.

Dan karena engkau jiwa yang sejatinya kuat, engkau akan tetap mampu belajar dan bekerja keras di dalam rasa malas atau dalam perasaan apa pun.

Sesungguhnya engkau jiwa yang hebat.

Kalau tidak, mengapakah engkau merasa galau dalam perasaan bahwa seharusnya engkau bisa menjadi lebih besar?

Hatimu galau, karena ia tak suka engkau tak menjadi sehebat engkau yang seharusnya.

Engkau jiwa yang hebat.

Mario Teguh - Loving you all as always

Setelah sharing dan diskusi tersebut usai barulah dilanjutkan dengan persembahyangan bersama dengan tata cara masing-masing. Pada tengah malamnya juga dilangsungkan beberapa pementasan seni seperti pencak silat, musik sunda maupun gending bali, tari topeng dll. Meskipun waktu telah larut malam namun kami dan juga wargi padepokan tetap antusias menyaksikan pementasan bersama tersebut. Kegiatan kembali dilanjutkan pada pagi hari dengan melakukan penglukatan (pembersihan) sekaligus sembahyang bersama. Sekitar pukul 10 pagi kegiatan tirta yatra ini berakhir dan ditutup dengan melakukan foto bersama wargi padepokan. Tak lupa saya sampaikan rasa terima kasih atas sambutannya oleh wargi padepokan Surya Kancana Padjadjaran serta KMH Vidya Dharma Putra Ganesha ITB yang telah mengizinkan saya untuk bisa ikut serta.

Salam,
Hatur nuhun. Matur Suksma.
Rahayu Rahayu Rahayu. Om Santi Santi Santi Om

1 komentar: