Kota Pangkalpinang merupakan salah satu Daerah Pemerintahan
Kota di Indonesia yang mana bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Kota ini terletak di bagian timur Pulau Bangka atau kurang lebih 15 menit bila
dari Bandara Depati Amir. Kota ini luasnya 118.408 km2 dengan jumlah penduduk
sekitar 328.167 jiwa. Pangkalpinang resmi berdiri pada 14 November 1956, yang
artinya kurang lebih 11 tahun setelah Indonesia merdeka. Meskipun demikian
namun Kota Pangkalpinang diprediksi sudah ada sejak tahun 1757, inilah salah
satu alasan mengapa sejarah Kota Pangkalpinang tak boleh dilewatkan. Saya yakin
masih banyak orang yang bahkan belum tau keberadaan kota Pangkalpinang ini
apalagi tempatnya bahkan sejarahnya, saya sendiri belum pernah kesana secara
langsung hehe.
Wilayah Kota Pangkalpinang Dari Google Maps
Bila dilihat dari etimologi katanya, pangkalpinang terdiri
dari dua kata yaitu pangkal yang artinya pusat atau awal, dan pinang (areca chatecu) yang mana nama tumbuhan
sejenis palm. Adapun pangkal juga digunakan oleh orang Bangka di masa lalu
untuk penyebutan daerah-daerah seperti Pangkal Bulo, Pangkal Raya, Pangkal
Menduk dll. Pusat permukiman awal dari Kota Pangkalpinang dibangun ditepi
Sungai Rangkui yang membelah kota ini. Proses pembentukan Pangkalpinang menjadi
sebuah kota seperti sekarang sangatlah panjang dan berakar. Hal ini dimulai
dari saat biji timah yang ditemukan hamper di seluruh pelosok Pulau Bangka,
hingga upaya eksploitasi timah dan hasil bumi oleh berbagai bangsa. Awal mula
Pangkalpinang ini dari pemerintahan Sultan Susuhunan Ahmad Najamuddin I Adi
Kesumo, dimana beliau memerintahkan Abang Pahang bergelar Tumenggung Dita
Menggala dan kepada Depati serta Batin-batin. Kemudian Batin kepada Krio yang
ada di Pulau Bangka untuk mencari Pangkal sebagai tempat kedudukan Demang dan
Jenang yang akan bertugas mengawasi penambangan timah. Adapun pangkal yang
dibuat pada masa itu adalah Pangkal Bendul, Bijat, Bunut, Rambat, Parit Sungai
Buluh, Tempilang, Lajang, Sungai Liat, Cegal, Pangkal Koba, Balar, Toboali dan
Pangkalpinang.
Diketahui bahwa Pulau Bangka pernah menjadi wilayah taklukan
dari Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Kemudian setelahnya berlanjut dikuasai
oleh Belanda, Inggris hingga Jepang. Setelah Proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia, oleh Belanda dibentuk Dewan Bangka Sementara pada 10 Desember 1946.
Selanjutnya resmi menjadi Dewan Bangka yang dipimpin oleh Musarif Datuk
Bandaharo Leo yang masih dilantik oleh Belanda pada 11 November 1947. Dewan
Bangka merupakan Lembaga Pemerintahan Otonomi Tinggi. Pada 23 Januari 1948,
Federasi Bangka Belitung dan Riau (FABERI) dimana yang tergabung didalamnya
Dewan Bangka, Dewan Belitung, dan Dewan Riau merupakan suatu bagian dalam
Negara Republik Indonesia Serikat. Kemudian berdasarkan Keputusan Presiden RIS
Nomor 141 Tahun 1950 kembali bersatu dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) hingga berlaku Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948. Pada 22 April 1950
oleh Pemerintah diserahkan wilayah Bangka Belitung kepada Gubernur Sumatera Selatan
Dr. Mohd. Isa yang disaksikan oleh Perdana Menteri Dr. Hakim dan Dewan Bangka
Belitung dibubarkan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 wilayah Kota
Pangkalpinang, Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung menjadi Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Selanjutnya Kota Pangkalpinang berkembang dari
status kota kecil di tahun 1956, kotapraja, kotamadya hingga menjadi kotamadya
daerah tingkat II Pangkalpinang.
Pulau Bangka Dilihat Dari Google Maps
Kemudian bila diperhatikan hingga saat ini masih menjadi
perdebatan untuk penduduk asli di Pulau Bangka khususnya di Pangkalpinang itu
sendiri. Ada yang mengatakan bahwa penduduk asli Pulau ini adalah Suku Melayu,
namun sejarak kota ini juga diwarnai dengan kedatangan orang Bugis. Orang Cina
juga adalah bagian yang tidak terpisahkan dari perjalanan pulau ini. Sebuah
buku yang diterbitkan pada tahun 1954 berjudul Republik Indonesia Propinsi
Sumatera Selatan menuliskan bahwa penduduk asli Pulau Bangka adalah mereka yang
merupakan hasil pertalian perkawinan antara pelaut yang datang dari Jawa,
Palembang, Minangkabau dan Bugis yang menjelma menjadi penduduk asli yang baru.
Jika dilihat dari sejarahnya, Kota Pangkalpinang memiliki
sejarah yang mengakar bahkan sampai saat masa kerajaan di nusantara masih
berkuasa. Apalagi dahulu beberapa pemimpin bangsa ini ada yang pernah
diasingkan di daerah Pangkalpinang ataupun Kepulauan Bangka. Sebut saja Bung Hatta,
RS Soerjadarma (dulunya KSAU), MR Asaat (dulunya Ketua KNIP) dan AG Pringgodigdo
(dulunya Mensesneg). Bahkan sekelas Bung Karno, KH Agus Salim maupun Sutan
Sjahrir pernah diasingkan juga disini meskipun tidak dalam waktu lama. Bila
Anda sempat berkunjung ke Pangkalpinang pastikan Anda dapat berkunjung ke
beberapa destinasi penting dan cagar budaya di Kota Pangkalpinang seperti
berikut ini.
Rumah Residen
Bangunan ini terletak d jalan Merdeka nomor 1. Sebelum
menjadi rumah dinas Walikota, dulunya ini rumah Residen Belanda. Rumah ini
sangat bersejarah karena menjadi pusat pemerintahan dan pusat kegiatan di Kota
Pangkalpinang. Didepannya terdapat alun-alun atau lebih dikenal Lapangan
Merdeka. Dihalaman rumah tersebut juga terdapat dua meriam kuno berangka tahun
1840 dan 1857.
Tamansari
Wakil Presiden Mohammad Hatta meresmikan Tugu Pergerakan
Kemerdekaan di area ini pada tahun 1949. Adapun Tugu Pergerakan Kemerdekaan
dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat Bangka dalam mempertahankan serta
merebut kemerdekaan setelah proklamasi 17 Agustus 1945.
Museum Timah Indonesia
Awalnya rumah pejabat perusahaan timah Bangka Tin Winnig
Bedryf dan menjadi museum sejak 1997. Lokasi museum ini di Jalan Jenderal
A.Yani No. 17
Masjid Jami’
Masjid ini berlokasi di kampong dalam, dan diperkirakan
dibangun tahun 1930. Masjid ini dibangun oleh Atok H. Saleh penghulu Kota
Pangkalpinang dengan bentuk Pyramid berlantai dua. Bangunan ini berlantai semen
dan berdiding kayu serta atap terbuat dari genteng. Lantai 1 untuk sholat,
lantai 2 sebagai perpustakaan dan penyimpanan kelengkapan. Pemugaran pertama
masjid ini dilakukan tahun 1950 atas swadaya masyarakat.
Makam Belanda (Keerkhof)
Kompleks Pemakaman Belanda ini terletak di jalan Sekolah
Kelurahan Melintang Kecamatan Rangkui. Disini terdapat sekitar 90 makam, dimana
yang tertua berasal dari tahun 1902 dan termuda sekitar tahun 1950an. Salah
satu makam yang tertua adalah makam Nyonya Irene Mathilde Ehrencron yang wafat
pada 10 MAret 1928. Keerkhof adalah salah satu bukti bahwa Pangkalpinang
memiliki nilai strategis bagi Pemerintah Hindia Belanda waktu itu.
Perigi Pekasem
Sumur atau perigi pekasem ini terletak di Kelurahan Tuatunu
Indah Kecamatan Gerunggang. Sumur ini dulunya dijadikan tempat untuk membuang
mayat orang-orang yang terbunuh TKR (Tentara Keamanan Rakyat), karena dianggap
musuh atau sebagai mata-mata Belanda atau sekutu.
Serta masih banyak tempat lainnya seperti Taman Merdeka,
Gereja Maranatha, Gereja Katedral Pangkalpinang, Vihara Citra Maitreya, Klenteng
Konghucu, RS Bakti Timah, Wisma Timah I dll.
Tema dan Slogan Visit Pangkalpinang Tahun 2015
“Pangkalpinang, Pangkal Kemenangan“, demikian salah satu teriakan
dari Presiden Soekarno di Pangkalpinang saat akan kembali ke Ibukota Republik Indonesia
di Yogyakarta pada 6 Juli 1949. Dikota Pangkalpinang Anda dapat menemukan
keramahan, kerukunan masyarakatnya , keragaman adat, tradisi, agama serta
budaya. Hal ini telah berlangsung sejak
dahulu kala dan akan tetap berlangsung hingga anak cucu kelak. Sejarah inilah
yang nantinya akan diceritakan kepada anak-anak penerus bangsa khususnya generasi
di Kota Pangkalpinang. Bahkan Pesona Pangkal Pinang dapat terlihat dari sisi sejarah nya.
Referensi : Sejarah Kota Pangkalpinang - Academia Edu